Siswa Miskin Bisa Nikmati SBI?

http://www.beritajatim.com, 20 Mei 2009 19:02:42 WIB
Reporter : M. Taufik

Surabaya – Dua sekolah SMP yaitu SMPN I dan SMP N VI, Surabaya, yang pada tahun ajaran 2009-2010 berencana mengajukan seluruh kelasnya menjadi Kelas SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) kepada Dinas Pendidikan Kota Surabaya langsung mendapat tentangan dari angota Komisi A DPRD Surabaya, Ahmad Suyanto.

Pasalnya, dia mengaku mendapat pengaduan dari salah satu walimurid sekolah SMPN I, yang tidak mau disebutkan namanya karena takut anaknya terancam, bahwa dari enam kelas di dua sekolah itu akan dijadikan kelas SBI semua. Padahal, kompetensi siswa lulusan kelas Leguler dan SBI dia nilai sama.

Alasannya, tenaga pengajar di kelas Leguler dan SBI masih tetap sama, yangbeda hanya untuk pelajaran natif atau bahasa saja.

“Yang nampak membedakan dua kelas itu hanya biayanya saja yang lebih mahal, kelas SBI mencapai Rp 350 ribu, sementara kelas leguler lebih murah, karena ada BOPDA (bantuan Operasional Sekolah),” ujarnya, Rabu (20/05/2009).

Artinya, kata Yanto, kalau nanti pada tahun ajaran 2009-2010 di dua SMP itu semua kelasnya diajukan menjadi kelas SBI, dengan biaya lebih mahal dipastikan rakyat miskin tidak akan mampu menyekolahkan anaknya disana.

“Yang bisa masuk sekolah SMPN I dan SMPN VI hanya anak orang kaya saja, sementara meski berprestasi siswa miskin tidak bisam masuk. Itu kan kasihan,” terangnya.

Yang menggelitik baginya, kenapa sekolah itu ngotot ingin menjadikan semua kelasnya menjadi kelas SBI, kalau perbandingan kemampuan siswa lulusan dua kelas itu tidak jauh beda.

“Jangan-jangan ada apa-apa? Dua kelas leguler dengan biaya murah dihapus, sementara kelas SBI dengan biaya lebih mahal diperbanyak? Ada apa itu?” ucapnya mempertanyakan.

Oleh sebab itu, politisi PKS ini akan melakukan koordinasi dengan Komisi D DPRD Kota Surabaya untuk menanyakan masalah itu kepada Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Kalau benar rencanan itu, dia akan mengususlkan agar dua sekolah itu diswastakan saja.

“Kalau yang sekolah hanya orang kaya saja lebih baik diswastakan saja. Jangan hanya karena prestise (Gengsi) terus seperti itu, ruh pendidikanya dimana?” ujar Suyanto.[fik/ted]

Tinggalkan komentar